Kota Cina abad XI sezaman dengan Kerajaan Aru yang terlebih dahulu ada sebelum Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan Asahan berdiri.
Koleksi yang terdapat dalam Museum Kota Cina adalah benda-benda berasal dari abad XI—XIV Masehi berupa keramik-keramik Cina dari masa Dinasti Song hingga Dinasti Yuan. Benda-benda artefak yang ditemukan di Kota Cina bukan berasal dari kapal karam yang tenggelam membawa harta karun, melainkan hasil eskavasi penggalian di sejumlah areal situs Cina.
Pula begitu halnya dengan artefak yang berada dalam museum bukan berasal dari luar museum lalu ditempatkan (dibawa) di Museum Kota Cina. Istilahnya, disitu ditemukan, disitu juga dibuat museumnya.
Hal terpenting, diperkirakan selama 400 tahun (Abad XI-XIV) Kota Cina tumbuh sebagai bandar dermaga internasional. Bukti ini diperkuat dengan temuan alat pertukangan, perniagaan, dan peribadatan seperti kapur barus (kamper), kemenyan, damar, gading, cula badak, kaca, tembikar halus, manik-manik batu, keramik, batu, koin emas, emas (anting-anting dan cincin), besi, logam dan wadah pelebur logam cair, timah, candi tempat ibadah Hindu dan Buddha, dan arca batu dari India Selatan Tamil Nadu.
Jenis keramik yang ditemukan di Situs Kota Cina adalah Keramik Cina, Keramik Gujarat (India), Keramik Muangthai (Thailand), dan Keramik Eropa. Keramik zaman dahulu sebagai komoditi dagang antar wilayah, pulau, benua dan sebagai barang upeti/hadiah dan upacara.
![]() |
Pecahan keramik dan tembikar abad XI koleksi Museum Kota Cina. /Dok. Setiadi R. Saleh
|
Bukti yang memperkuat situs Kota Cina menyimpan jejak peradaban internasional adalah ditemukannya beberapa keping uang koin Sinhalese asal Srilanka dari Kerajaan Polonnaruwa, Sri Lanka. Koin-koin yang dikeluarkan oleh Raja Sahasa Malla dan Ratu Lilavati abad 13 Masehi memiliki ukiran simbolisme dewa dan aksara Srilanka dengan diameter 22,05 mm. Tahun 2012, arkeolog asal Perancis, Daniel Perret kembali menemukan koin jenis yang sama (Sumber: Museum Kota Cina).
![]() |
Koleksi Museum Kota Cina berupa emas, pancing kuno, arca mini dan uang Cina Dinasti Yuan, Song, dan Ming. /Dok. Setiadi R. Saleh
|
Frasa Kota Cina sendiri merupakan turunan dari dua bahasa Tamil, Cinna Kotta yang berarti suatu pemukiman kecil berbenteng. Asumsi ini berbeda dari pemahaman penduduk sekitar situs yang menganggap Kota Cina dulunya pemukiman orang-orang Cina sebagaimana cerita yang berkembang di masyarakat setempat.”
Adapun nama-nama peneliti Kota Cina sejak tahun 1920-2015 adalah sebagai berikut:
1920, John Anderson
1972, Edward Mc Kinnon
1973, Muhammad Said
1975, Tuanku Lukman Sinar
1976, Setywati Sulaiman
1979, John N. Mikaic
1979, Hasan Muarif Ambary
1979, Sonny Wibisono
1980, Pierre Y Manguin
2000, Lucas Pertanda Koestoro
2000, Ery Soedewo
2011, Daniel Perret
2011, Mujiono
2011, Heddy Surachman
2014, Purnawibowo
2015, Repelita Wahyu Oetomo
Jika tidak ada lagi yang menghargai sejarah dan kebudayaan suatu bangsa. Maka, lebih baik kita semua hilang ingatan daripada harus menanggung malu ditertawakan oleh anak cucu karena tidak tau sejarah.
Akhir kata, semoga Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Sumatera Utara mau terbuka dan sungguh-sungguh membantu perkembangan dan perluasan Museum Kota Cina. Sebab, secara pribadi, penulis merasa sangat khawatir mengingat Museum Kota Cina berada di tepi sebatang sungai yang sewaktu-waktu air pasang. Jika air pasang menghanyutkan koleksi Museum Kota Cina. Maka, hilanglah semua peradaban yang sangat bernilai tinggi tersebut. Tragedi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar